Saturday, December 10, 2011

SEMANGAT PATRIOTISME DI GALLIPOLI

Betapa beruntungnya yang saya rasakan berada di Gallipoli pada tanggal 25 April 2011 untuk mengikuti beberapa rangkaian upacara memperingati peristiwa “Gallipoli Campaign”. Suatu peristiwa besar di tahun 1915, yaitu pengerahan kekuatan militer dalam rangka menaklukkan kota Istanbul.

Terlepas dari latar belakang kejadian, acara peringatan sangat mendalam untuk menambah kekayaan pengalaman bathin saya. Bagaimana suatu bangsa menghargai pahlawan-pahlawannya yang gugur muda berjuang membela misi Negara. Rangkaian kegiatan memperingati peristiwa ini, atau yang lebih terkenal dengan “Anzac Day”, diselenggarakan terpadu oleh Australia, Selandia Baru, Inggris dan Perancis, serta Turki.


Acara dimulai sejak hari Minggu tanggal 24 April 2011 dari jam 9 pagi sampai dengan jam 12.30 siang di 3 tempat yang berbeda yaitu Turkish International Service di Mehmetcik Abide, French Memorial Service di Morto Bay dan Commonwealth Memorial Service di Cape Helles. Pada hari Senin tanggal 25 April 2011 dari jam 5.30 sampai dengan jam 1.15 siang, yaitu Dawn Service, Anzac Commemorative Site di North Beach, lalu Australian Service di Lone Pine, kemudian Turkish 57th Regiment Memorial Service di Turkish 57th Regiment Memorial dan terakhir New Zealand Service di Chunuk Bair.




Puncak acara yang sangat menyentuh adalah ketika kita bisa merasakan betapa ganasnya udara menjelang subuh di waktu peristiwa pendaratan itu terjadi 96 tahun yang lalu. Betapa dinginnya udara dan hantaman angin yang sangat menusuk tulang. Terbayang bagaimana beratnya pasukan Australia dan Selandia Baru (Anzac : Australian and New Zealand Army Corp) yang terdiri dari pemuda-pemuda harapan bangsa harus menembus ganasnya cuaca dan medan pertempuran jauh dari belahan benua di mana mereka berasal. Korban pun banyak berjatuhan karena pendaratan di pagi buta, dengan badan lelah dan tanpa tidur semalaman dibawah rentetan hujan peluru pasukan lawan.


Rangkaian upacara dikemas sedemikian rupa, sehingga saya dapat menangkap spirit ke
-patriotisme-an yang mengebu-gebu. Selaku undangan Negara Australia, saya bersama suami mendapatkan beberapa kemudahan mencapai tempat upacara. Dibandingkan dengan para hadirin yang sebagian besar adalah pemuda-pemudi dan veteran perang warga negara Australia dan New Zealand yang datang dari negaranya dengan beberapa tantangan. Seperti menanti upacara berlangsung dengan berselimut tebal dan pakaian yang tahan terhadap udara ekstrim. Betapa mereka dapat melakukan napak tilas perjuangan para pahlawannya.


Terbesit rasa iri akan antusiasme yang mereka miliki pada Anzac Day dirayakan. Iri dalam arti bagaimana mereka memiliki momen untuk membangkitkan, mengenang dan merasakan ke-patriotisme-an perjuangan bangsanya. Sejalan dengan memaknai ungkapan bagaimana suatu bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan-pahlawan pendahulunya. 




DAWN SERVICE, 25 APRIL 2011. Dengan menggunakan 6 bus, kami para undangan
berangkat dari hotel Kollin di Canakkale pukul 3.30 pagi menuju Gallipoli dengan menggunakan kapal ferry menyebrangi selat Dardanela. Suhu di udara terbuka sekitar 3 derajat Celcius, ditambah hembusan angin yang kuat membuat kita berada di suhu membeku dibawah 0 derajat. Perjalanan tentang apa yang terjadi 96 tahun lalu mulai terbayang. Betapa mental yang kuat diperlukan untuk menembus cuaca yang sangat menggigit. Dawn Service, diselenggarakan di Anzac Commemorative Site di North Beach dengan penuh khidmat dan membuat perasaan terlarut penghayatan yang dalam.


Mulai dari pembacaan nama-nama pemuda yang gugur remaja di ‘Gallipoli Campaign’ serta rangkaian acara penghormatan dan doa yang tulus. Dalam benak terbesit bahwa semua ini semata-mata dilaksanakan untuk menghormati segenap pengorbanan yang dilakukan oleh prajurit-prajurit pejuang demi kehormatan bangsanya, terlepas dari apakah keputusan aksi ini tepat atau tidak. Namun pada masanya pasti inilah yang terbaik dan semangat patriotisme sudah dkobarkan.



Yang unik dari rangkaian peringatan ini adalah, semua dilaksanakan secara terpadu baik oleh negara Turki maupun lawan-lawan perangnya. Seolah ingin melupakan kesalahan permusuhan masa lalu dan ingin membangun hubungan harmonis diantara bangsa-bangsa yang terlibat. Yang ingin ditonjolkan pada rangkaian upacara ini adalah penghormatan bagi pahlawan-pahlawan yang gugur di semenanjung Gallipoli.

Bahkan pada peringatan tahun 1934, pada saat itu Mustafa Kemal Ataturk, selaku Presiden Turki mengatakan :

“Those heroes that shed their blood and lost their lives…
You are now lying in the soil of friendly country.
Therefore rest in peace.

There is no difference between the Johnnies
and the Mehmets to us where they lie side by side
here in this country of ours.

You, the mothers, who sent their sons from far away countries,
wipe away your tears. Your sons are now lying in our bosom
and are in peace
After having lost their lives on this land
they have become our sons as well”

Sejarah masa lalu selalu melekat dalam perjalanan bangsa, namun memaafkan kesalahan adalah suatu pelajaran yang sangat utama menunjukkan kedewasaan suatu bangsa.



PS. Thank you David and Tracie


tanitam@110428
Pernah dimuat di Majalah Kartika Kencana Edisi 86/TH.XXVIII Juli 2011 



No comments:

Post a Comment