Monday, December 12, 2011

Kembali berlari setelah keseleo 1 minggu

Sejak 2 bulan lalu, lagi getol amat yang namanya lari. Kebetulan ada sahabat orang Belgia yang mengkoordinir sekumpulan ibu-ibu manca negara untuk berlari. Tujuan akhirnya adalah kita bisa menempuh jarak sejauh 5 km tanpa henti. Program pun dibuat bertahap.


Pada awalnya, latihan terlihat sangat mudah, namun pada program lari yang ke 6, sudah kelihatan deh kualitas saya yang asalnya memang bukan pelari. Setiap latihan dengan susah payah, saya harus menyamakan langkah dengan teman lainnya. Belum lagi napas yang ribut (ngos-ngosan) keluar dari saya. Beruntung sekali karena mereka sangat suport, sehingga tetap meninggikan moril untuk terus berlatih berlari.

Sementara curi-curi waktu untuk berlari saya bikin jadwal tambahan sendiri, diluar jadwal program yang sudah dibuat. Akibatnya urat-urat kaki sangat kaku karena kebanyakan latihan. Sehingga pada satu kesempatan jalan-jalan keluar kota, bersama ibu-ibu lainnya, terjadilah sesuatu yang fatal. Kami berfoto sambil berlompatan sampai pada satu kesempatan saya salah mendarat. Otot di seputaran dengkul kaki kiri mengalami cidera otot atau sedikit keseleo. 



Betapa sedihnya perasaan, karena membayangkan untuk beberapa waktu harus vakum latihan lari. Mencoba mencari kesembuhan, saya mendaftarkan diri ke klinik physiotherapy yang ada di Ankara. Namun karena terbiasa dengan teknologi pijat urut, tidak puas saya hanya dipegang-pegang sekedarnya oleh sang dokter wanita ahli tulang tersebut. Bersyukur ada teman yang memberikan jalan, memberitahu bahwa ada terapis urut asal Bali yang bekerja di pusat kebugaran / gym dekat rumah. Kesembuhan pun menjelang setelah diurut sekali.

Selang 2 hari kemudian saya sudah bisa kembali berlari. Namun belum tuntas dengan sempurna, saya juga mengkombinasikan pengobatan dengan metode lain, hasil ngobrol dengan kawan yang mempunyai pengalaman yang sama. Yaitu mandi pake air panas, kemudian guyur juga dengan air yang sangat dingin, diulang 2 kali. 

Kali kedua saya berlatih berlari lagi, terjadi keajaiban yang sangat menyenangkan. Saya merasa keseleo lagi tapi dengan arah sebaliknya. Membuat kaki benar-benar berfungsi baik. Sebelumnya agak sulit untuk naik atau turun tangga, namun sekarang, dengan mudah dan tanpa rasa sakit bisa saya lakukan.

Alhamdulillah..... Lari lagi deh.


tanitam@111212

Sunday, December 11, 2011

Chicken Noodle + Meatball Soup / Mie Ayam Bakso

On a Lazy Sunday we enjoyed a special hot dish..... 



Hmmmm so gooooooooooood...


If I want to eat this in Indonesia, I just call the passing vendor. 
But here in Ankara I made it myself.
This is how I make the meatball :

500 gram minced beef or mix with chicken meat
1 white egg
1 tea sp Backing powder
2 tbl sp Corn starch / maizena
5 tbl sp Tapioca flour
6 tbl sp cold water
½ tea sp pepper 
½ tea sp sugar
½ tea sp garlic powder / fresh minced garlic
2 tea sp salt

Mix all the ingredients in food processor leave in freezer for 30 minutes.
Use your hand and spoon to round the meat ball, and drop it into boiling water.

PAMUKKALE

Pamuk =  Cotton = Kapas
Kale = Castle = Puri

Puri Kapas







Saturday, December 10, 2011

SEMANGAT PATRIOTISME DI GALLIPOLI

Betapa beruntungnya yang saya rasakan berada di Gallipoli pada tanggal 25 April 2011 untuk mengikuti beberapa rangkaian upacara memperingati peristiwa “Gallipoli Campaign”. Suatu peristiwa besar di tahun 1915, yaitu pengerahan kekuatan militer dalam rangka menaklukkan kota Istanbul.

Terlepas dari latar belakang kejadian, acara peringatan sangat mendalam untuk menambah kekayaan pengalaman bathin saya. Bagaimana suatu bangsa menghargai pahlawan-pahlawannya yang gugur muda berjuang membela misi Negara. Rangkaian kegiatan memperingati peristiwa ini, atau yang lebih terkenal dengan “Anzac Day”, diselenggarakan terpadu oleh Australia, Selandia Baru, Inggris dan Perancis, serta Turki.


Acara dimulai sejak hari Minggu tanggal 24 April 2011 dari jam 9 pagi sampai dengan jam 12.30 siang di 3 tempat yang berbeda yaitu Turkish International Service di Mehmetcik Abide, French Memorial Service di Morto Bay dan Commonwealth Memorial Service di Cape Helles. Pada hari Senin tanggal 25 April 2011 dari jam 5.30 sampai dengan jam 1.15 siang, yaitu Dawn Service, Anzac Commemorative Site di North Beach, lalu Australian Service di Lone Pine, kemudian Turkish 57th Regiment Memorial Service di Turkish 57th Regiment Memorial dan terakhir New Zealand Service di Chunuk Bair.




Puncak acara yang sangat menyentuh adalah ketika kita bisa merasakan betapa ganasnya udara menjelang subuh di waktu peristiwa pendaratan itu terjadi 96 tahun yang lalu. Betapa dinginnya udara dan hantaman angin yang sangat menusuk tulang. Terbayang bagaimana beratnya pasukan Australia dan Selandia Baru (Anzac : Australian and New Zealand Army Corp) yang terdiri dari pemuda-pemuda harapan bangsa harus menembus ganasnya cuaca dan medan pertempuran jauh dari belahan benua di mana mereka berasal. Korban pun banyak berjatuhan karena pendaratan di pagi buta, dengan badan lelah dan tanpa tidur semalaman dibawah rentetan hujan peluru pasukan lawan.


Rangkaian upacara dikemas sedemikian rupa, sehingga saya dapat menangkap spirit ke
-patriotisme-an yang mengebu-gebu. Selaku undangan Negara Australia, saya bersama suami mendapatkan beberapa kemudahan mencapai tempat upacara. Dibandingkan dengan para hadirin yang sebagian besar adalah pemuda-pemudi dan veteran perang warga negara Australia dan New Zealand yang datang dari negaranya dengan beberapa tantangan. Seperti menanti upacara berlangsung dengan berselimut tebal dan pakaian yang tahan terhadap udara ekstrim. Betapa mereka dapat melakukan napak tilas perjuangan para pahlawannya.


Terbesit rasa iri akan antusiasme yang mereka miliki pada Anzac Day dirayakan. Iri dalam arti bagaimana mereka memiliki momen untuk membangkitkan, mengenang dan merasakan ke-patriotisme-an perjuangan bangsanya. Sejalan dengan memaknai ungkapan bagaimana suatu bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan-pahlawan pendahulunya. 




DAWN SERVICE, 25 APRIL 2011. Dengan menggunakan 6 bus, kami para undangan
berangkat dari hotel Kollin di Canakkale pukul 3.30 pagi menuju Gallipoli dengan menggunakan kapal ferry menyebrangi selat Dardanela. Suhu di udara terbuka sekitar 3 derajat Celcius, ditambah hembusan angin yang kuat membuat kita berada di suhu membeku dibawah 0 derajat. Perjalanan tentang apa yang terjadi 96 tahun lalu mulai terbayang. Betapa mental yang kuat diperlukan untuk menembus cuaca yang sangat menggigit. Dawn Service, diselenggarakan di Anzac Commemorative Site di North Beach dengan penuh khidmat dan membuat perasaan terlarut penghayatan yang dalam.


Mulai dari pembacaan nama-nama pemuda yang gugur remaja di ‘Gallipoli Campaign’ serta rangkaian acara penghormatan dan doa yang tulus. Dalam benak terbesit bahwa semua ini semata-mata dilaksanakan untuk menghormati segenap pengorbanan yang dilakukan oleh prajurit-prajurit pejuang demi kehormatan bangsanya, terlepas dari apakah keputusan aksi ini tepat atau tidak. Namun pada masanya pasti inilah yang terbaik dan semangat patriotisme sudah dkobarkan.



Yang unik dari rangkaian peringatan ini adalah, semua dilaksanakan secara terpadu baik oleh negara Turki maupun lawan-lawan perangnya. Seolah ingin melupakan kesalahan permusuhan masa lalu dan ingin membangun hubungan harmonis diantara bangsa-bangsa yang terlibat. Yang ingin ditonjolkan pada rangkaian upacara ini adalah penghormatan bagi pahlawan-pahlawan yang gugur di semenanjung Gallipoli.

Bahkan pada peringatan tahun 1934, pada saat itu Mustafa Kemal Ataturk, selaku Presiden Turki mengatakan :

“Those heroes that shed their blood and lost their lives…
You are now lying in the soil of friendly country.
Therefore rest in peace.

There is no difference between the Johnnies
and the Mehmets to us where they lie side by side
here in this country of ours.

You, the mothers, who sent their sons from far away countries,
wipe away your tears. Your sons are now lying in our bosom
and are in peace
After having lost their lives on this land
they have become our sons as well”

Sejarah masa lalu selalu melekat dalam perjalanan bangsa, namun memaafkan kesalahan adalah suatu pelajaran yang sangat utama menunjukkan kedewasaan suatu bangsa.



PS. Thank you David and Tracie


tanitam@110428
Pernah dimuat di Majalah Kartika Kencana Edisi 86/TH.XXVIII Juli 2011 



Seribu Wajah di Airport

Pesawat tamuku delayed
Lebih dari satu jam kududuk di coffee shop
Mengamati seribu wajah lalu lalang
Ekspresi manusia berbagai penjuru dunia

Wajah dengan sudut mata turun, tercermin pikiran yang penuh beban
Wajah dengan pandangan tajam, sambil mengamati papan informasi, kuatir kalau kerabat sudah mendarat
Wajah bisik-bisik penuh canda, diam-diam buat skenario surprise
Wajah mendecak merengut,
kesal karena papan nama yang dipegang belum kunjung cocok dengan tamu yang keluar

Wajah tolak pinggang, berharap-harap cemas reuni dengan teman lama akan sukses
Wajah jalan mundur nabrak orang, tanpa minta maaf lari bergegas menyambut rekan yang berlari pula
Wajah meringis kesakitan, terinjak dan ditinggal pergi
Wajah tatap rindu, tanpa malu-malu bermesraan berpelukan

Wajah komat kamit ngomong sendiri, pakai handsfree ternyata lagi handphone-an
Wajah angkat tangan angkat bahu, tidak mengerti bahasa setempat
Wajah modis bersepatu stiletto, bak peragawati menarik koper di catwalk
Wajah salah kostum, pake celana dan lengan pendek di musim dingin

Wajah cool, seorang gentleman tebar pesona
Wajah sibuk dengan Blackberry, sibuk menuliskan seribu ekspresi di airport

Ataturk Havalimani, Istanbul 


tanitam@111119

Aku Ingin Pulang

Dikala hati sedang gundah
Ada ruang hati kosong yang ingin disuapi
Entah dengan apa kehampaan dapat tertutup
Seribu tanya berputar dalam benak

Aku ingin pulang
Namun bukan rumah beratap yang kutuju
Aku ingin pulang
Dimana jiwaku merasa damai di dalamnya

Berkhayal ku akan rumah masa kecilku
Temanku berlari dan bermain banyak disana
Temanku belajar dan nakal tumbuh bersama
Satu persatu pudar dalam angan

Aku ingin pulang
Rumah hangat yang kali ini memanggilku
Aku ingin pulang
Dimana perasaan sambut tentram di dalamnya

Terlintas bayang rumah diatas bukit
Dimana keluarga kecilku mulai berkembang
Tangis suka dan duka beriak tergelak
Pupus memudar kabur bersama waktu

Aku ingin pulang
Berbaur dalam pelukan awal kedewasaan
Aku ingin pulang
Dimana perjuangan hidup terasa lentur

Sinar mentari di ufuk langit
Kehangatan memenuhi ruang yang sejuk
Titik salju meleleh di telapak hangat
Kesegaran mengajakku untuk beranjak

Aku ingin pulang
Rumahku yang asri di musim semi
Aku ingin pulang
Dimana semua bunga mekar berseri di tamannya

tanitam@110122