Tuesday, August 7, 2012

Bukan Kelam Ku


Mengapa kau pilih warna hitam, kawan
Sementara warna cerah bisa juga kau jadikan warnamu
Mengapa kau begitu membara, sobat
Sementara angin sejuk beranjak dingin di luar sana

Tidakkah ingin kau nikmati taman yang penuh bunga ini
Tidakkah ingin kau merangkul sahabat  lebih dari bentangan tanganmu
Kalau saja kau memaknai hidup yang fana ini
Maka akan terasa kurang waktu untuk memeliharanya

Semut rang-rang ingin juga hidup
Meski dia dapat menyengatmu sakit
Namun Jerapah dengan leher tinggi menjulang
Bisa juga merendahkan kepalanya

Ragukah akan pesona jiwa yang tulus
Dimana simpul-simpul dapat terurai lepas
Tangan-tangan lembut begitu ringan menari
Meredam kilatan dalam kalbu

Jadikan badaimu awan selembut kapas
Jadikan sinar auramu semeriah pelangi
Bersama mentari terangi setiap relung hati
Menyaksikan rembulan bercahaya di langit yang kelam



Puisi : Bukan kelam ku
Ankara, 7 Agustus 2012