Monday, October 19, 2015

Tetapkan Tujuan


Buai alam raya
Menyesatkan sang pengembara
Silau kemeriahan dunia
Menarik dan membutakan
*
Lupa akan tujuan semula
Mata hati tertutup
Temukan kunci ilmu
Jangan lelah menggali
*
Petik pundi-pundi kebajikan
Raih nur dengan menyibak tirai
Kabut berlalu terhembus
Suara hati terkuatkan
*
Waktu semakin dekat
Jangan berpaling mengabaikan
Tak perlu terus berlari
Siap diri akan kepastian
*

by : tanitam@151019




Saturday, August 29, 2015

Bersyukur

Sejauh mata memandang 
Hamparan hijau bak permadani
Alam indah selalu mengundang
Bagi yang pandai mengamati

Di manakah dikau sang Kekasih
Aku rindu untuk bertemu
Semoga Engkau selalu di sisi
Seperti aku selalu menuju Mu

Berapa banyak kerikil tersebar
Tidak kurang pula batu menghadang
Menambah ketebalan rasa sabar
Seolah tak ada aral melintang

Yakin akan tujuanku
Menghalau segala keraguan
Jangan tahan lagi pergiku
Kekuatan akan suatu pengakuan

By tanitam@150829



Thursday, July 30, 2015

Ramah?

Dalam 6 bulan terakhir ini berkesempatan mondar mandir melalui imigrasi beberapa bandara. Ternyata keramahan seharusnya masih bisa diterapkan. Kami paham bahwa ketegasan harus ada di bidang ini, tapi kenapa harus marah-marah sepertinya sangat berhak untuk memarahi tamu negara yang datang ke negara tersebut?

Sementara di negara lainnya bisa memberikan kenyamanan yang sangat membantu ketika ada beberapa tamu yang untuk pertama kali datang ke negara tersebut. Kebingungan bukan menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sikap ramah petugas imigrasi bisa menjadi kesan pertama bagi negara yang kita kunjungi. 

Tanitam@150731


Monday, January 5, 2015

Aku dan Puisiku

     Mau dipaksa bagaimanapun, kalau hati dan perasaan kurang bergejolak, tidak ada sepatah katapun keluar menjadi puisi. Namun apabila membuka kembali, lembaran-lembaran puisi yang lalu, aku dapat menemukan kembali potret peristiwa ketika puisi-puisi itu tercipta. Masuk dalam kategori orang yang melankolis kah?  He he...rupanya tidak hanya foto-foto lama yang membuatku teringat akan suatu peristiwa. Tersakiti, terinspirasi, tak berdaya serta semangat rupanya ada hubungannya dengan keadaan perasaan seseorang.

     Sekarang aku sedang duduk di bawah bayangan pohon sambil mendengarkan burung-burung berceloteh, mencoba menorehkan cerita atau puisi. Tapi rupanya orang lalu lalang lebih menarik buatku untuk diamati. Angin dingin yang menerpa membuatku tidak takut untuk menerima sapaan sinar matahari yang hangat.

     Yaa, inilah saat yang aku nantikan, ketika pertama kali mendapat kabar akan pindah ke Canberra, Australia. Duduk sendiri di taman, menikmati udara bersih serta bersyukur atas kesempatan yang diberikan. Memasuki minggu kedua sejak kami tiba di negeri Kangguru, ketika semua orang kembali beraktifitas dengan kesibukannya setelah liburan akhir tahun.

     Tidak ada orang yang peduli dengan urusan orang lain, namun sangat ramah apabila kita memerlukan bantuan. Berlawanan dari sifat yang selalu ingin tahu atau mencampuri urusan orang lain, tetapi penuh kecurigaan apabila ada yang berbuat baik. Uups... pikiran yang timbul ini adalah bahan koreksi diri. 

     Sementara puisi indah tidak kunjung tercipta untuk saat ini, mencerminkan perasaanku yang datar. Tetap semangat mengisi lembaran demi lembaran tahun 2015.

     Bismillahirohmannirohim...

Canberra Lake
By: tanitam@150105



Wednesday, November 19, 2014

Sudah 'membaca' apa hari ini?

Di pagi hari yang basah akibat hujan semalam, tetesan embun dari pohon yang tinggi, jatuh tepat di pergelangan tangan kananku. Saya tersenyum dan sedikit tertawa senang ketika menyadari itu. Mengapa tertawa? Karena memang sedang 'membaca' skenario Allah yang sudah 'menuliskan' bahwa tetesan itu akan jatuh di lengan kananku, bukan di bahu kiriku.

Dalam menghabiskan putaran 5 km lari pagiku, semua orang terlihat tanpa baju ketika saya 'membaca' bahwa semua orang adalah mahluk Nya, baik orang yang sedang berjalan, naik mobil, naik motor atau yang sedang olah raga lainnya. Tidak ada dasar apapun buat saya untuk menilai mereka karena saya hanya melihat semuanya adalah mahluk Allah yang sama. Hanya Allah yang dapat menilai. Tapi ketika logikaku mengambil dominasi penglihatan, dalam sekejap mereka berubah menjadi si Tukang sapu, Pelajar, Tukang Ojek, Pengusaha, Ibu rumah tangga, si 'kaya' atau si 'miskin', si cantik, si pendek atau si tinggi. Apakah saya perlu melabelkan setiap orang, dan mengabaikan waktu yang lebih berguna untuk meningkatkan ketaqwaaan diri kepada yang Maha Kuasa?


Membaca tanpa harus memegang buku, membaca dari setiap kejadian, membaca untuk lebih mendekatkan dengan Nya. Membaca untuk meningkatkan ketaqwaan. Membaca untuk lebih pintar dalam merasa. 

Inilah catatan hati untuk lebih memaknai perintah Iqro! Bacalah!



Sunday, July 20, 2014

Mamaku mengemasnya tanpa kotak

     Mamaku jago masak. Mulai dari roti, kue kering sampai bubur Menado. Mulai dari cheesecake, ayam isi dibulu sampai dengan pizza. Mulai dari goulash soup, lasagna sampai dengan puding caramel. Kamu sebut saja makanan lokal atau makanan internasional, dengan mudah mamaku mengolahnya dengan sempurna. Entah, mungkin  ada sense indicator di lidahnya yang membuat semuanya jadi pas. Terbiasa dengan masakan mama di rumah, membuatku mempunyai selera makan yg cukup mendunia dan berani mencoba semua jenis masakan.

     Selalu ada alasan buat mama untuk mengundang makan kerabat ke rumah. Dengan demikian mama bisa beraksi di dapur dengan segala menu yang akan disajikannnya di meja. Tidak ada hari ulang tahun kami, anaknya yang 4 orang, yang tidak dirayakan setiap tahunnya, berikut ulang tahun papa dan mama sendiri. Belum lagi hantaran untuk dibawa ke tempat kerabat yang punya hajatan, mama tidak pernah pergi ke suatu acara dengan tangan kosong. Ada saja makanan panas atau puding dan kue hasil karya dapurnya yang dibawa. Dan saya teringat, dulu papa suka  complain apabila aroma makanan yang melekat di mobil sampai beberapa hari, karena tumpah waktu dibawa.

     Perayaan Lebaran di rumah oma di Petojo untuk keluarga besar Tamimi dari papa, menu ketupat lengkap dengan sayur dan rendang dari dapur mama, turut memeriahkan meja saji di Hari Raya setiap tahunnya. Perayaan Hari Natal di rumah opa Piay untuk keluarga besar dari mama atau di beberapa tahun terakhir perayaan tiap tahunnya dirayakan di rumah mama, selalu ada menu nasi bungkus daun khas Menado, ayam Tuturuga dan ikan Rica-rica.
Ya.... mama selalu bisa mengatur waktu untuk memasak di setiap kesempatan. Baik pesta kecil atau pesta besar. Kalau menu yang akan disajikan bermacam-macam, mulai 2 hari sebelumnya, untuk menu dessert sudah mulai disiapkan. 

     Melihat dari ritual perayaan hari besar yang selalu sama bobot perhatiannya oleh mama untuk menyiapkan hidangan itulah, mengajari aku akan sikap toleransi yang besar. Tidak ada batasan kepada siapa kita mau berbuat baik atau bersedekah. Dalam kehidupan mama tidak pernah mengajarkan kami untuk memilah-milah kelompok. Banyak contoh baik yang selalu aku ambil dari tauladan mama. Setiap bulan Ramadhan, mama menemani kami yang bersahur. Setiap hari Minggu pula mama tidak pernah absen beribadah. Banyak keluarga atau kerabat yang kurang beruntung menjadi target mama untuk beramal. 

     Sejak kecil kami tidak dikenalkan untuk berprasangka negatif. Selama kita punya kegiatan atau niatan positif, insya Allah efeknya pun positif bagi semua golongan. Teringat ketika di antara kami ada yang bertengkar, maka mama akan menyanyikan lagu ciptaan mama sendiri, yaitu "Damai di bumi." Berlanjut lagi setelah kami masing-masing sudah mempunyai anak, cucunya oma pun akan dinyanyikan lagu yang sama bila bertengkar. 

     Universal, jangan dikemas dalam kotak, akan menyempitkan kita dalam bersosialisasi. Hubungan antar manusia sebaiknya bebas tanpa batasan, sehingga tidak mengecilkan ruang bergerak dan cara berpikir kita. Aku percaya, bisa berada di sini, baik secara bathin dan spiritual karena mama yang hebat yang telah membesarkanku. Bathinku kaya karena terbiasa dengan perbedaan. Sedangkan keyakinan spiritualku adalah hal unik yang terbentuk dari perjalanan hidupku, sedari lahir, tumbuh berkembang dan dewasa. 

     Terima kasih ya Allah



In memory of my mother, Betty Piay Tamimi
9 Januari 1937 - 12 Juli 2014

by: tanitam 140719